Wakil Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mendorong para pemuda agar tidak takut untuk terjun ke dunia politik. Karena dengan terjun ke dunia politik, seseorang bisa memiliki kekuatan ganda untuk membantu masyarakat.
“Kita tidak bisa hanya mengkritik para politisi yang korup, politik yang kotor. Kita harus terjun ke dalamnya, mengambil sapu dan membersihkan politik dari kotoran-kotoran dan bau busuk.” ujarnya Sabtu malam lalu (2/12) di Yogyakarta. Ia menjadi pembicara dalam acara Ngobrol Pemuda dan Ketahanan Nasional (Ngopas) yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional UGM.
Dalam kesempatan tersebut ia juga mengatakan, pergerakan mahasiswa di era sekarang sudah bukan zamannya menggemborkan perjuangan kelas dengan retorika. Tetapi harus melakukan aksi-aksi nyata dengan melakukan kerja-kerja sosial.
“Saya punya prinsip, kalau saya memprotes sesuatu maka saya harus punya solusi. Masyarakat sekarang tidak bisa dibohongi dengan retorika. Karena biar bagaimanapun rasa tidak pernah bohong.” Tutur Wakil Bupati termuda se-Indonesia itu. Di usianya yang ke 25 ia telah berhasil menjadi Wakil Bupati mendampingi Emil Dardak.
Menurutnya dengan kerja-kerja sosial itulah, hati masyarakat bisa direbut. Sedangkan bagi para pemuda, sesungguhny tidak ada alasan untuk tidak bisa merebut hati masyarakat.
“Para pemuda masih memiliki energi, intelektualitas, inovasi, waktu, dan semangat yang lebih dibanding para orang tua.” tuturnya.
Sebelum menjadi wakil bupati, Ifin demikian ia akrab disapa, dikenal sebagai sosok pengusaha muda yang sukses. Bermodalkan dana CSR perusahaannya ia terjun ke masyarakat petani di Trenggalek untuk melakukan pendampingan dan mengarahkan mereka agar beralih pada metode pertanian organik.
“Dengan bertani secara organik, biaya produksi bisa lebih murah, namun harga jual bisa lebih tinggi.” ujarnya.
Saat bekerja dengan masyarakat itulah ia merasakan kepuasan yang luar biasa. Ia kemudian merasa jatuh cinta dengan masyarakat Trenggalek dan menganggap mereka adalah orang tuanya sendiri.
“Waktu saya terjun ke masyarakat pun, saya tidak pernah mengatakan kalau saya ingin mencalonkan diri jadi wabup. Saya hanya bertanya, apa yg bisa saya lakukan untuk mereka.” Terang pengagum sosok Bung Karno itu. Kekagumannya pada sosok Bung Karno telah ia tuangkan dalam buku ‘Bung Karno Menerjemahkan Alqur’an yang juga terbit tahun ini.
Ia juga berpesan, ketika terjun ke masyarakat satu hal penting yang harus diperhatikan adalah meninggalkan pola komunikasi superior-inferior. Setiap orang harus menjadi pembelajar setiap waktu.
“Kita harus lebih banyak mendengar. Menyerap aspirasi, kritik, dan saran dari masyarakat. Itulah kunci menjadi seorang pemimpin.” pungkasnya