Magister Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada (Tannas UGM) bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UGM) telah melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta pada Jumat-Minggu (2-4/8).
PKM bertajuk Workshop Kebangsaan, Kepemudaan, Kepemimpinan, Lingkungan Hidup, dan Desa Wisata tersebut mengambil tema ‘Pemuda Kuat Lingkungan Sehat’. LPPM dan Tannas UGM sengaja memilih Dusun Sukunan sebagai tempat pengabdian karena predikatnya sebagai Kampung Wisata.
Ketua Rukun Warga (RW) 19, Narto, menyebut meski Dusun Sukunan mengikrarkan diri sebagai Kampung Wisata pada 2006, konsep dan formulanya sudah ada sejak dua tahun sebelumnya. Meski begitu, baru pada 2009 Dusun Sukunan diresmikan sebagai Kampung Wisata berbasis Lingkungan oleh Bupati Sleman.
Berbagai kegiatan dan inovasi dalam bidang lingkungan di dusun tersebut juga sudah terbilang maju. Sejak 2004, Dusun Sukunan sudah menerapkan pengelolaan sampah berbasis lingkungan.
“Sampah yang sebelumnya dibuang sembarangan, kami pilah lalu dijual agar menghasilkan uang. Pendapatan dari pengelolaan tersebut masuk kas RW untuk keperluan pembangunan desa,” ujar Dr. Iswanto, penggerak lingkungan Dusun Sukunan sekaligus dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Tak hanya itu, Dusun Sukunan sudah menerapkan pengomposan, biopori, biopot (biopori dalam pot), pengelolaan biogas, sampai bank sampah. “Kami juga ada usaha kerajinan sampah plastik yang sudah ekspor ke Australia,” lanjut Dr. Iswanto.
Meski sudah terbilang maju, ada satu kendala yang dihadapi Dusun Sukunan dalam membangun kampung, terutama ihwal keterlibatan pemuda. Narto menyebut cukup sulit melibatkan pemuda dalam kegiatan berbasis lingkungan.
“Edukasi kepada masyarakat, terutama pemuda menjadi pekerjaan rumah kami. Saya senang bahwa Sukunan dipilih sebagai tempat pengabdian sehingga kami tahu jika ada yang perlu diperbaiki,” ujarnya.
Ketua Prodi Ketahanan Nasional UGM, Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. kagum dengan Dusun Sukunan yang sudah cukup maju. Meski begitu, Prof. Armaidy menyebut ada alasan kenapa Dusun Sukunan dipilih sebagai tempat PKM.
“Kami ke sini artinya harus ada yang bisa kita pelajari. (Dusun Sukunan-red) merupakan kampung modern yang secara fisik sudah baik. Tetapi, mungkin ada yang lain yang bisa dilihat dan diperbaiki,” kata Prof. Armaidy.
Ia melanjutkan, seharusnya mahasiswa lebih banyak belajar dari Dusun Sukunan selama PKM. “Mahasiswa bisa belajar tentang kehidupan sehingga mereka bisa memproyeksi hidupnya di masa depan,” lanjutnya.
Hal tersebut diamini oleh Ketua Panitia PKM, Adkha Bukhori. Ia menyebut bahwa melihat kemajuan Dusun Sukunan, seharusnya mahasiswa tidak hanya mengajari, namun juga belajar bagaimana mengelola Dusun Sukunan sehingga bisa menjadi Kampung Wisata sampai sekarang.
PKM selama tiga hari tersebut diisi dengan berbagai kegiatan berbasis lingkungan seperti workshop sesi pertama yang dibawakan oleh Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. dengan tema ‘Ketahanan Lingkungan: Indonesia Darurat Sampah’ dan Dr. Sri Rum Giyarsih, M.Si. selaku dosen sekaligus Ketua Prodi S2 dan S3 Kependudukan UGM.
Workshop sesi dua diisi oleh Muhammad Pranasik Faihaan selaku Wakil Ketua Taruna Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tema organisasi dan kepemudaan serta sharing session dari Doto Yogantoro yang berbagi inspirasi bagaimana Dusun Pentingsari, kampung wisata di Sleman lainnya, bisa meraih segudang prestasi membanggakan.
Tak hanya itu, PKM tersebut juga diisi dengan pembuatan tempat sampah, plang penunjuk jalan, donasi dan penanaman tanaman, diskusi film bersama remaja dan anak-anak Dusun Sukunan, serta senam bersama Ibu-ibu setempat.
Kegiatan PKM kali ini disambut baik oleh peserta yang berasal dari masyarakat Dusun Sukunan. Mereka berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan lagi di kampungnya. “Acara ini sangat luar biasa. Kami sangat senang dengan acara seperti ini karena bisa menambah wawasan buat kami,” terang Endah, salah satu peserta kegiatan. (zul/pdd)