Radikalisme menjadi pembicaraan yang tidak pernah berhenti selama satu dekade lebih semenjak era reformasi 1998. Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan memutarbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Paham-paham radikal saat ini telah menyentuh semua kalangan mulai dari masyarakat ekonomi kelas atas maupun bawah, mulai dari orang yang berpendidikan sampai orang yang kurang tingkat pendidikannya. Paham radikal ini pada akhirnya akan melahirkan aksi teror. Radikalisme merupakan embrio dari terorisme. Salah satunya fenomena bom bunuh diri yang terjadi di Indonesia telah mengusik rasa kemanusiaan dan nalar sehat sebagai umat beragama. Perbuatan ini, apapun dalihnya tidak dibenarkan dalam ajaran agama manapun. Sikap nekad yang dilakukan oleh sang pengantin alias martiritu telah melahirkan ketakutan tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat dan berpengaruh pada ketahanan suatu wilayah. Diperlukan ketahanan wilayah yang kuat untuk melawan radikalisme dan terorisme. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada ketahanan nasional suatu negara.
Generasi muda di era milenial semakin dituntut untuk dapat mempersiapkan diri terjun ke dunia politik. Hal ini dikarenakan hanya dengan masuk ke dalam arena kekuasaanlah, perubahan-perubahan besar dapat diwujudkan.
Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Inu Kencana Syafiie mengatakan kondisi perpolitikan di Indonesia saat ini sangat memerlukan keterlibatan generasi baru, dalam hal ini para pemuda, agar iklim politik di Indonesia dapat semakin membaik.
“Karena itu generasi muda harus menazarkan hidup untuk melakukan perubahan-perubahan besar bagi bangsanya.” kata Inu di Aula Asrama Mahasiswa Kalimantan Tengah Sabtu (17/03) dalam acara Ngobrol Pemuda dan Ketahanan Nasional 5.0 bertajuk Moral dan Etika Politik di Era Milenial. Acara tersebut diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Program Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada kerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Wakil Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mendorong para pemuda agar tidak takut untuk terjun ke dunia politik. Karena dengan terjun ke dunia politik, seseorang bisa memiliki kekuatan ganda untuk membantu masyarakat.
“Kita tidak bisa hanya mengkritik para politisi yang korup, politik yang kotor. Kita harus terjun ke dalamnya, mengambil sapu dan membersihkan politik dari kotoran-kotoran dan bau busuk.” ujarnya Sabtu malam lalu (2/12) di Yogyakarta. Ia menjadi pembicara dalam acara Ngobrol Pemuda dan Ketahanan Nasional (Ngopas) yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional UGM.